Film "Untuk Angeline"
Film “Untuk Angeline”, Sarat Makna Untuk Tidak
Melakukan Kekerasan Terhadap Anak
Poster film
“Untuk Angeline”
(Sumber: movie.co.id)
Sahabat,
masih ingatkah kisah pembunuhan sadis seorang gadis kecil nan cantik yang tidak
berdosa yang dibunuh secara keji di
Pulau Dewata, Angeline? Kasus yang menghebohkan dunia membuat kita terpana.
Betapa tidak, anak kecil diperlakukan oleh ibu tirinya dengan kejam hingga
menemui ajalnya di sebuah lubang di belakang rumahnya hingga membusuk. Ya,
peristiwa nyata tersebut memberikan inspirasi seorang sutradara “Jito Banyu”
untuk diangkat ke layar lebar dengan judul yang hampir sama yaitu “Untuk
Angeline”.
Film “Untuk Angeline” telah lulus sensor siap untuk ditonton masyarakat
Indonesia (Sumber: dokumen pribadi)
Ketika
saya menonton film tersebut, saya kagum dengan alur ceritanya yang dibuat oleh
Script Writer cantik “Lele “ Laila Nurazizah. Cerita yang membuat kita hanyut
dalam cerita yang sedang berjalan yang hampir sama dengan cerita pada
kenyataannya. So, anda akan dibuat
kagum filmnya.
Film
“Untuk Angeline” dipenuhi dengan artis-artis yang tidak diragukan lagi macam :
Kinaryosih sebagai Samidah, Teuku Rifnu Wikana sebagai Santo (suami Samidah),
Naomi Ivo sebagai Angeline dewasa, Paramitha Rusadi, sepasang suami istri Duke
Rahmat & Niken Septiasari sebagai Produser yang merangkap sebagai tokoh pembantu
dalam film dan masih banyak lainnya.
Salah satu adegan Samidah yang diperankan oleh
Kinaryosih pada sebuah pengadilan
(Sumber: dokumen pribadi)
Yang
menarik adalah Acting Coach dilakukan
oleh Susilo Badar yang pernah berperan sebagai Bapaknya Jokowi dalam film
Jokowi. Pantesan, akting yang diperankan oleh para artis benar-benar total dan
membawa kita ke kisah yang sebenarnya. Padahal, pihak perusahaan sudah
mewanti-wanti bahwa film yang dibuat hanyalah rekayasa belaka. Tetapi,
penggarapan film yang luar baisa membuat kita benar-benar kagum dibuatnya.
Sepanjang film diputar benar-benar sangat menguras emosi penonton dengan
penataan cahaya yang bagus, ilustrasi musik yang menawan dan lain-lain.
Sepanjang
1 jam 30 menit film tersebut diputar membuat kita seakan-akan terbawa akan
kisah nyata, meskipun kisah tersebut hingga kini belum terkuak wajah aslinya.
Karena peristiwa Angeline yang nyata masih serba misterius, meski pelaku
utamanya sudah divonis penjara.
****
Film
Untuk Angeline mengisahkan sebuah keluarga sederhana Samidah dan Santo yang
dikaruniai anak yang dilahirkan di sebuah rumah sakit. Namun, karena kondisi
yang tidak memungkinkan membuat biaya pembayaran persalinan pun tidak mampu
untuk ditebus. Dengan terpaksa, Santo sang suami berniat untuk menyerahkan hak
asuhnya hingga umur bayi mungil hingga umur 18 tahun pada seorang bule bernama
John dan beristrikan Terry warga negara Indonesia. Yang menarik adalah sang
bule John yang diperankan oleh Hans De Kraker memberikan nama bayi mungil nan
cantik dengan nama Angeline karena kehadirannya bagai malaikat. Sayangnya, dari
alur film yang saya lihat, proses adopsi tersebut sebenarnya kurang disenangi
oleh istri John yang diperankan oleh Roweina Umboh, artiS kawakan yang sering
berperan dalam film komedi bersama Warkop DKI.
John
yang diperankan dengan roman muka mirip Pierce Brosnan sebagai tokoh yang
penyayang terhadap Angeline. Perlakuan sayang tersebut selalu membuat cemburu
Tery yang mempunyai anak bawaan bernama Kevin. Semua konflik permasalahan yang
menceriatakan tentang kecemburuan seorang Tery dan anaknya Kevin digarap apik
oleh sutradara. Berbagai konflik pun terjadi yang membuat John mengalami serangan
jantung yang mengakibatkan meninggal dunia.
Saya
terpesona dengan kalimat yang dikatakan pembantunya bernama Ni Luh ketika
mengatakan pada Angeline kecil bahwa jika hujan siang di Bali berarti pertanda
akan ada orang yang meninggal. Seketika, setelah John yang benar-benar
penyayang pada Angeline meninggal, perlakukan Tery terhadap Angeline berubah
drastis.
Angeline
kini bukanlah gadis cantik yang lucu, cantik, periang, pintar yang bertemankan
boneka lucu bernama Luna. Angeline kini menjadi anak tiri yang diperlakukan
seperti hewan. Angeline diperlakukan oleh ibu tirinya untuk mengurus piaraan
kucing kesayangan Tery yang harganya puluhan juta rupiah. Dendam kesumat Tery
pada Angeline selalu diluapkan Tery pada Angeline setiap saat. Angeline pun
tidak mendapatkan jatah makan layaknya sebagai manusia, tetapi makanan kucing
yang menjadi santapannya. Badannya yang mulai kurus, luka lebam pada tubuhnya
atas perlakuan ibu tirinya membuatnya tetap sabar tidak mau menceritakan pada
orang lain.
Yang
menarik dari percakapan Angeline ketika di sekolah saat istirahat siang dan
teman-temannya membawa bekal makanan yaitu: Angeline yang selalu tidak membawa
bekal makanan karena ibunya lupa memberikan bekal. Ketabahan seorang Angeliene
pada film “Untuk Angeline” inilah yang bagi saya pribadi sebagai strategi top
markotop sutradara.
Kondisi
kucel dan datang terlambat ke sekolah membuat wali kelas Angeline yang
diperankan oleh Dewi Hughes heran dan kaget. Angeline tetaplah anak yang mampu
menyimpan rahasia, tetapi kita menceritakan tentang kebaikan ibunya di pentas
Hari Anak Nasional, seluruh guru dan hadirin mengetahui tentang kondisi
Angeline yang selama ini tersimpan rapat. Di sinilah, adegan tersebut sungguh
menyayat hati. Dijamin, air mata penonton tak mampu terbendung untuk menetes.
Ketika
melihat salah satu dari kucing piaraan yang mahal mati, perlakuan kasar Tery
semakin tak terbendung. Perlakuan kasar ibu tirinya akhirnya berujung pada
kematian. Di sisi lain adegan, Ibu Angeline Samidah yang bekerja pada keluarga
kaya yang diperankan oleh Paramita Rusadi secara kebetulan mempunyai anak
kesayangan bernama Nanda. Samidah memperlakukan Nanda seperti anaknya sendiri.
Keluarga majikannya tersebut pun sudah menganggap sebagai keluarga sendiri.
Selama Samidah bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga (ART), ia selalu teringat pada
anaknya sendiri. Begitu juga Angeline, keduanya larut dalam mimpinya.
Kondisi
bahwa Samidah mempunyai anak pun akhirnya diketahui oleh majikannya dan selanjutnya
majikannya memberikan kesempatan bagi Samidah untuk mencari kondisi sejati Angeline
di pulau Bali. Konflik dalam film ini pun dibuat apik kembali. Karena Santo
sang suami Samidah ternyata sudah mempunyai istri simpanan asli Bali yang dalam
kondisi mengandung. Konflik semakin terjadi karena rumah yang ditempatinya
adalah rumah milik Samidah yang selama kini ditinggalkan untuk pergi merantau.
****
Berita
kematian Angeline yang disamarkan dengan berita tentang hilangnya Angeline pun
tersebar ke mana-mana, hingga Samidah dan Santo mengetahui bahwa Angeline bisa
ditemukan kembali atas ajakan pihak kepolisian di rumah sakit. Sayang seribu
sayang, kabar gadis cantik Angeline yang sudah bertahun-tahun sangat
dirindukannya justru bisa ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Sungguh
menarik adegan ketika Samidah mencium Angeline yang baru ditemukannya membuat
penonton seakan-akan terbawa betapa pedihnya seorang ibu yang ditinggal anak
kandungnya, tetapi setelah bertemu hanya mayatlah yang bisa menemaninya. Pada
adegan inilah, saya tidak mampu menahan air matanya.
Santo
dalam adegan film juga menjadi orang
yang menyesal dalam seumur hidupnya. Setelah mengetahui Angeline meninggal
dunia, ia sangat menyesal mengapa dulu ia menyerahkan Angeline pada orang lain.
Ia pun meluapkan kemarahannya pada sepeda
motornya yang telah merubah jalan hidup tragis pada diri Angeline. Sepeda motor
antik yang dahulu disarankan oleh Samidah untuk dijual sebagai ganti biaya
penebusan kelahirannya kini dijungkir balikkan, ditendang, dipecahkan dengan
dengan helmnya. Adegan di sini memberikan gambaran kepada kita bahwa penyesalan
akan datang selalu terlambat. Seandainya Santo tahu akan jalan tragis yang
terjadi, mungkin sepeda motor itu akan dijualnya. Tetapi, nasi sudah menjadi
bubur. Kenyataan yang dialami kini, anak kesayangannya justru mengalami
perlakuan tragis hingga menghebuskan nafasnya yang terakhir, buah dari
perlakuan yang tidak manusiawi dari ibu tirinya.
Banyak
hal yang bisa kita ambil dari film “Untuk Angeline” bahwa pikirkan
matang-matang sepasang suami istri ketika akan mengadopsi seorang anak. Karena
anak yang akan dihadapi adalah seperti anak sendiri. Ketika anak kita diadopsi
hendaknya kita mempunyai surat-surat
resmi yang akan menguatkan orang tua kandung dan orang tua yang mengadopsi. Terpenting
lagi adalah hentikan kekerasan pada anak. Anak tidak berdosa, diciptakan untuk
dikasihi dan disayangi. Anak adalah anugaerah Tuhan yang tiada banding.
Jadi,
bagi sahabat yang ingin tahu lebih detil tentang gadis cantik Angeline,
janganlah pernah ragu untuk menonton film tersebut ya. Pesan saya, yang lagi galau
atau sedang ssakit hatinya atau yang lain-lain, tolong bawa tisu yang
secukupnya. Buat apa? Buat njagain kalau air mata jatuh bertetesan tiada
terbendung. Saya saja cowok yang kuat saja bisa nangis apalagi kamu. Ih, Cuma
pesan saja. Jangan sampai nanti kalo nangis minta tisu sama temen atau penonton
yang tidak dikenalnya. Kan malu. Yuk, tonton filmnya. Selamat menonton!
Catatan:
Ada yang ketinggalan
nih, Blogger Bali sedang menonton bareng Gala Premier Film “Untuk Angeline” di
Park 23 XXI Kuta Bali.
5 comments for "Film "Untuk Angeline""