Financial Leteracy Demi Kesejahteraan di Masa Pensiun
Financial Literacy Demi Kesejahteraan di Masa Pensiun
Oleh
Casmudi, S.AP
Bekerja, investasi dan pensiun…
Tiga (3) hal yang menuntut kita
melakukannya dengan sepenuh hati untuk orang-orang kita cintai. Ada tiga (3)
jenis pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup, bekerja di sektor swasta,
pegawai negeri (PNS) dan berwiraswasta. Selama aktif bekerja, kita akan bekerja
semaksimal mungkin mengumpulkan dana demi pemenuhan kebutuhan keluarga.
Seandainya ada kelebihan penghasilan, kita bisa menabungnya untuk bekal masa pensiun.
Bagi yang bekerja di sektor swasta atau berwiraswasta, mengumpulkan dana untuk
bekal masa pensiun bisa dilakukan di
saat masih aktif bekerja. Setelah tidak bekerja lagi, kebutuhan untuk masa pensiun
diperoleh dari hasil pesangon sebagai ganti balas jasa perusahaan terhadap
karyawannya. Bagi yang berwiraswasta, bekal masa pensiun merupakan keharusan saat
usaha kita masih berjalan lancer dengan menyisihkan penghasilan.
Khusus bagi PNS dan TNI/POLRI, bekal pensiun
diperoleh dari uang pensiun jabatan setelah tidak bekerja lagi sebagai abdi
negara dan perlu dilakukan dengan perencanaan matang dan positif. Pertanyaan
yang selalu terlintas dari benak kita adalah apakah uang pensiun tersebut mampu
mencukupi semua kebutuhan kita selama pensiun? Perlu diketahui, bahwa jumlah
pensiunan PNS dan TNI/POLRI yang bejumlah 2,5 juta jiwa pada tahun anggaran
2012 saja membutuhkan anggaran sebesar 68 triliun rupiah (kurang lebih 5-6 persen
dari APBN tahun 2012). Angka ini akan terus meningkat pada tahun-tahun
berikutnya (Pandji Harsanto, 2012). Kita memahami fakta di lapangan, bahwa uang
pensiun PNS dan TNI/POLRI tidak mampu mencukupi kebutuhan kita selama pensiun. Lalu
berapa target dana yang cocok untuk masa
pensiun kita? Target yang paling ideal pendapatan kita saat pensiun adalah
sebesar 70 persen dari income kita
ketika masa pensiun tiba. Tetapi, kenyataannya masyarakat hanya bisa
mengumpulkan rata-rata hanya 35 persen dari income
kita.
Siklus Kehidupan Manusia
Sebelum memasuki
masa pensiun, kita akan menghadapi berbagai fakta tentang perjalanan hidup
manusia. Dari masa anak-anak hingga masa pensiun, kita akan melewati beberapa
fase kehidupan kita, seperti: 1) anak-anak; 2) masa lajang; 3) masa awal
pernikahan; 4) masa orang tua; 5) masa tua awal; 6) pensiun awal; dan 7)
pensiun. Selama kita menghadapi beberapa fase tersebut, kita akan menghadapi
berbagai macam resiko kehidupan. Manajemen resiko dalam menghadapi fase
kehidupan menjelang masa pensiun harus
bisa kita antisipasi, agar kita tidak keteteran
di masa pensiun. Manajemen resiko yang akan kita hadapi seperti: meninggal
dunia, cacat, sakit kritis dan hidup terlalu lama secara mutlak harus kita
hadapi dengan persiapan yang matang dan positif.
Untuk menghadapi
masa pensiun, kita perlu mempersiapkan perencanaan keuangan yang matang dan
positif. Perencanaan keuangan yang matang dan positif akan menentukan seberapa
maksimal kita dalam menjalani masa pensiun nanti. Siklus keuangan kita untuk
menuju pensiun harus kita perhatikan sebaik mungkin, agar di masa pensiun nanti
tidak membebani orang lain. Sedangkan, menuju
masa pensiun, kita akan menghadapi berbagai fase kehidupan keuangan kita.
Dengan kata lain, sejak masa muda kita harus memahami, bahwa siklus keuangan
kita akan mengalami perubahan yang signifikan. Menurut www.sam.co.id memberikan
ilustrasi tentang siklus keuangan dalam hidup kita terbagi dalam 3 masa
(periode), yaitu: 1) Masa pendidikan
(selama rentang waktu 22 tahun). Periode ini adalah masa untuk mencari ilmu
(pendidikan); 2) Masa berkarir dan
berkeluarga (selama rentang waktu 38 tahun). Periode ini adalah masa
bekerja, membina keluarga dan masa tenggang mendekati masa pensiun; dan 3) Masa
pensiun (biasanya menurut usia standar selama rentang waktu 10-25 tahun).
Periode ini adalah masa pensiun, masa
kita tidak produktif lagi. Yang mengejutkan, agar kita dapat menikmati masa
pensiun yang benar-benar berkualitas adalah dengan mempersiapkan dana pensiun
sebesar Rp 11 milyar. Jika dibagi selama 25 tahun, maka keperluan dana pensiun
per tahun sebesar Rp 440 juta. (Marwan, 2014).
Setelah melihat siklus keuangan
tersebut, mari kita bertanya pada diri kita masing-masing, sudah siapkah kita
menghadapi masa pensiun? Mengapa perlu persiapan? Kita harus memahami bahwa masa
pensiun adalah masa kritis yang tidak bisa kita tolak lagi dan pasti datang.
Seperti apakah masa pensiun yang akankita lakukan nanti? Apakah kita harus
menikmati masa pensiun dengan istirahat total, menikmati masa pensiun dengan
suka cita untuk bercengkerama dengan cucu dan keuangan kita tersedia, dan tidak
ada perasaan khawatir sama sekali. Atau masa pensiun akan kita lakukan dengan
bekerja lebih keras lagi, sementara tenaga kita mulai berkurang, kesehatan kita
tidak seperti masa muda dulu, membebani anak-anak kita dan keadaan keuangan
kita tidak bisa kita andalkan. Perlu
adanya dana cukup dalam menghadapi masa pensiun.
Jangan kaget, ketika kita menanyakan pada masyarakat
tentang kesiapan mereka menghadapi masa pensiun. Sebagian masyarakat menyatakan
siap, sedangkan yang lain menyatakan terserah bagaimana nanti. Padahal menurut
perhitungan, danabekal masa pensiun akan habis hanya dalam waktu 9 tahun
setelah masa pensiun. Di situlah biasanya sebagian besar dari kita terpaksa
harus bekerja lagi. Hampir 75 persen masyarakat masih bekerja hingga usia 68
tahun, karena kekurangan dana. (Akuinginsukses.com, 2013). Ada beberapa alasan,
mengapa masyarakat kita tidak tergugah hatinya untuk mempersiapkan bekal dana
yang cukup menghadapi masa pensiun nanti, seperti: 1)Masih muda; 2) Masih
banyak tanggungan keluarga; 3) Belum bisa menabung; 4) Banyak anak, pasti akan
ada yang menampung bila pensiun (Pandji Harsanto, 2012). Padahal, untuk
menghadapi masa pensiun, kita harus mempersiapkannya dengan perencanaan matang
dan positif. Jika kita tidak mampu mengelola keuangan semasa muda, seperti: tunjangan
hari tua atau pesangon yang kita terima dari perusahaan semasa bekerja, maka
uang tersebut akan menguap semua dalam waktu yang pendek. Perjalanan selanjutnya, masa pensiun yang
seharusnya bisa kita nikmati dengan suka cita, justru sering berubah tragis. Bahkan,
tidak tahu harus melakukan apa (post
power syndrome), kehilangan kepercayaan diri, emosional, sakit, stroke dan akhirnya
mninggal dunia (Manajemen.bisnis.com, 2013).
Dapat dikatakan bahwa untuk
menghadapi masa pensiun, kita akan bermula dari masa muda dan sendirian (young & single), menikah (married), menjadi orang tua yang
membanggakan (proud parents) dan
perencanaan untuk pensiun (planning
retirement). Oleh sebab itu, perlunya perencanaan yang matang dan positif
dalam mengelola keuangan kita untuk menghadapi masa pensiun. Berikut tips yang
dapat dilakukan untuk perencanaan pensiun:
1. Tentukan
usia pensiun kita, misalnya usia kita saat ini 30 tahun dan akan pensiun di
usia 55. Berarti 25 tahun lagi kita akan pensiun.
2. Tentukan
berapa lama kitaakan menggunakan dana pensiun tersebut.
3. Tentukan
biaya perbulan untuk pensiun anda nanti yang diharapkan sama dengan jumlah uang
saat ini dengan memperhitungkan nilai inflasi. Sebagai contoh, saat ini anda
butuh 5 juta per bulan atau 60 juta pertahun. Selanjutnya, biaya tersebut
dihitung dengan future value inflasi
10 persen. Maka 25 tahun mendatang sama
dengan 54,17 juta perbulan atau 650 juta
pertahun
4. Jika
kita bertujuan bahwa keuangan kita sebagai Dana Pensiun investasi jangka
panjang diatas 5 tahun, maka kita dapat menggunakan investasi yang agresif
seperti reksadana saham dengan kisaran return
rata-rata 20-25 persen per tahun.
5. Jika
kita bekerja kurang dari 10 tahun, sebaiknya mempersiapkan untuk membeli
asuransi jiwa berjangka (dengan premi murah dan manfaat besar). Menurut
ketentuan bagi kita yang bekerja sebagai PNS, seandainya kematian datang
menjemput kita dengan masa kerja kurang dari 10 tahun, maka janda kita tidak
akan mendapatkan uang pensiun.
6. Jika
kita memiliki asset tidak lancar
tidak produktif lebih besar dibandingkan asset
lancar (kas/setara kas), sebaiknya kita mengurangi asset tidak lancar yang membutuhkan biaya maintenance dan pajak yang biayanya cukup besar, seperti rumah,
kendaraan atau tanah kita yang tidak disewakan.
7. Menjelang
masa pensiun, kita bisa merintis second career,
seperti pengajar, konsultan, atau menulis buku/artikel bisa mendapat
penghasilan tambahan. Bahkan, ilmu yang dipunyai bisa bermanfaat bagi orang
lain (Pandji Harsanto, 2012).
Persiapan
dalam menghadapi masa pensiun memang perlu bekal yang cukup. Makanya dana
pensiun yang dipersiapkan sebaiknya dimulai dari sekarang. Betapa pentingnya
dana pensiun akan membuat masa pensiun kita lebih menyenangkan. Sayangnya,
masyarakat Indonesia secara mayoritas belum mengenal tentang dana pensiun yang
harus dipersiapkan sejak awal. Fakta tersebut dapat dilihat dari hasil Survei
Nasional Literasi Keuangan Indonesia yang menunjukan bahwa 81 orang atau 81,03
persen dari setiap 100 penduduk tidak mengenal dana pensiun. Hanya sebagian
kecil, yaitu 7,13 persen dari masyarakat Indonesia yang mengenal dana pensiun
dengan baik (well literate). Apalagi,
jika melihat dari Indeks Utilitas Produk dan Jasa Dana Pensiun, hasil survey
tersebut masih menunjukan angka yang rendah, yaitu 1,53 persen. Hal ini berarti
sekitar 2 orang dari setiap 100 penduduk yang menggunakan produk dan jasa dana
pensiun (Marwan, 2014). Sungguh, angka kesadaran masyarakat yang masih rendah
tentang persiapan untuk menghadapi masa pensiun.
Mungkin dalam benak kita bertanya,
mengapa masa pensiun begitu mendapat perhatian bagi setiap orang. Hal ini
dilihat karena kerentanan dari aspek keuangan yang sangat berpengaruh sekali,
yaitu: Pertama, masa pensiun sering
indentik dengan menurunnnya penghasilan, hanya mengandalkan pesangon yang habis
dalam waktu singkat. Bahkan pada beberapa kasus, penghasilan berhenti sama
sekali. Bagi PNS dan TNI/POLRI mengandalkan uang pensiun yang sering tidak
mencukupi untuk kebutuhan hidup; dan Kedua,
masa pensiun seringkali tidak indentik dengan berkurangnya pengeluaran. Pengeluaran justru semakin
bertambah.Seperti anak-anak yang belum menyelesaikan pendidikan, biaya berobat
kesehatan, biaya menikah anak-anak dan lain-lain. Beban pengeluaran semakin berat.
Sementara kondisi fisik kita tidak sesehat waktu muda dulu (Manajemen.bisnis.com,
2013).
Pemahaman Financial Literacy menghadapi Masa Pensiun
Memasuki masa pensiun berarti memasuki fase terakhir
dalam kehidupan kita. Fase di mana kita dituntut untuk beristirahat menikmati
hari-hari tua yang indah. Masa yang dimanfaatkan untuk melihat anak-anak kita
tumbuh besar, berkeluarga, menimang cucu dan melakukan hobi kita dengan
sebaik-baiknya. Jangan kaget, bagi sebagian besar karyawan di negara-negara
maju, memasuki masa pensiun adalah berita yang sangat menggembirakan dan perlu dirayakan.
Mengapa bisa terjadi? Karena mereka mempunyai cukup uang untuk menutupi
kebutuhan hidup di masa pensiun, tabungan dan investasi cukup besar, serta bebas
dari tanggungan. Oleh karena itu, kita sering melihat para pensiunan yang
mengabdikan dirinya untuk pekerjaan sosial tanpa pamrih dan beramal di yayasan
sosial.
Keadaan menghadapi masa pensiun dengan suka cita di
negara-negara maju sangat bertolak belakang dengan kenyataan yang ada di
masyarakat Indonesia. Di Indonesia, memasuki masa pensiun justru selalu
berkonotasi buruk. Banyak dari mereka yang tidak mempunyai tabungan atau investasi, tunjangan pensiun pun
terlalu kecil untuk biaya hidup, tanggungan keluarga yang masih banyak. Bahkan,
di antara mereka yang tidak mempunyai gagasan untuk mempersempit jarak
finansial antara biaya hidup dan penghasilan yang menurun tajam tiba tiba
(Manajemen.bisnis.com, 2013). Sungguh, kenyataan yang harus kita hindari
memasuki masa pensiun. Di masa pensiun nanti, kita pun tidak mau merepotkan kehidupan
anak-anak kita. Apalagi anak-anak kita juga mempunyai permasalahan keluarga
tersendiri. Kita pun ingin melihat anak-anak kita merajut kehidupan mereka
dengan sebaik-baiknya, agar generasi kita bisa tumbuh dengan kualitas yang baik.
Mereka yang baru saja melangkah untuk berkeluarga, sebagai orang tua yang bijak
tentunya kita tidak ingin merepotkan anak-anak kita dengan urusan masa pensiun
kita.
Banyak hal yang harus kita lakukan untuk persiapan
menghadapi masa pensiun. Secara garis besar, untuk menghadapi masa pensiun kita
bisa melakukan dengan istilah 3I, yaitu: 1) Insyaf. Insyaf bahwa harga-harga kebutuhan hidup semakin naik dan inflasi
pun terus naik. Kesadaran kita agar tidak mengandalkan pihak lain untuk
menopang kehidupan kita di masa pensiun nanti; 2)Irit. Membiasakan hidup irit atau hemat dengan mengurangi
pengeluaran kebutuhan yang tidak penting; dan 3) Investasi. Kita mulai belajar untuk berinvestasi dalam berbagai instrumen,
seperti: membeli emas, properti, reksadana, pasar modal, dan lain-lain. Kita
juga memahami jika investasi yang berpotensi memberi tingkat pengembalian
tinggi, pasti resikonya tinggi. Dengan kata lain, High risk high return. Pilihlah investasi sesuai dengan kepandaian kita.
Jangan lupa, kita menyisihkan buat kebutuhan sehari-hari dan membayar cicilan
jika ada (Akuinginsukses.com, 2013).
Dengan memahami financial
literacy atau melek finansial (kecerdasan keuangan), kita bisa memulai
untuk mengalokasikan dana sebesar 20 persen dari penghasilan kita untuk
investasi. Ada proporsi investasi untuk
jangka panjang yang bisa menjadi panduan, sebagai contoh: 1) Jika usia
kurang dari 40 tahun, untuk saham 80 persen dan obligasi 20 persen; 2) Jika
usia 40-45 tahun, untuk saham 65 persen dan obligasi 35 persen; 3) Jika usia 45-50
tahun, untuk saham 50 persen dan obligasi 50 persen; 4) Jika usia lebih dari 50
tahun, untuk saham 30 persen dan obligasi 70 persen. Kita juga bisa menanamkan investasi di
properti dengan alasan: 1) Nilainya cenderung naik dari waktu ke waktu; dan
2) Bisa ditinggali jika berbentuk rumah atau apartemen. Jika kita investasi di reksadana, kita akan mendapatkan kelebihan,
seperti: 1) Bisa dimulai dengan setoran yang kecil; 2) Aman karena biasanya
terdiri dari saham-saham pilihan; 3) Mudah dijual; dan 4) Cocok untuk persiapan
pensiun. Sedangkan, investasi dengan
membeli emas juga mempunyai kelebihan, seperti: 1) Nilainya naik dari tahun
ke tahun; dan 2) Mudah likuid (cair).
Selanjutnya, apa kelebihan jika kita
investasi di obligasi? Kelebihannya adalah: 1) aman; dan 2) Pilih obligasi
pemerintah yang tidak berisiko gagal bayar (Akuinginsukses.com, 2013).
Memakai Produk dan Jasa Keuangan
Menurut Sun Life Financial (2014) menyatakan bahwa
dengan berinvestasi berarti kita melakukan hal, seperti: menyiapkan masa
pensiun, mengakumulasi kekayaan atau asset,
menyiapkan dana pendidikan putra-putri, menyiapkan dana kesehatan, dan
menunaikan ibadah keagamaan (contoh: ibadah haji atau umrah). Kita pun berharap
agar investasi kita sebagai bekal masa pensiun berdaya guna. Perlu pemahaman
yang baik terhadap instrumen investasi
tersebut. Seperti apa yang ada di laman www.akuinginsukses.com (2013)
menegaskan bahwa dengan investasi berarti kita mempersiapkan secara matang dan
positif menghadapi masa pensiun. Ada beberpa hal yang perlu kita perhatikan,
agar investasi untuk masa pensiun tidak sia-sia, yaitu: 1) Pelajari produknya;
2) Pelajari siapa penjual produk tersebut; 3) Kenali profil risiko anda sebagai
investor; 4) Berapa macam instrument investasi yang ideal anda miliki, sangat
tergantung pada selera dan kondisi finansial anda; 5) Jangan berinvestasi pada
instrumen yang tidak anda pahami; 6) Jika anda tidak punya waktu untuk
mempelajari dan memonitor investasi anda, percayakan pada manajer investasi
yang anda percayai; dan 7) Disiplin untuk menyisihkan sebagian dana anda
investasi.
Memang rumit untuk melakukan investasi yang
memberikan keuntungan maksimal. Kita perlu pengetahuan cukup, agar kita tahu
sebagian besar jenis investasi tersebut. Namun, investasi yang bisa kita
lakukan secepatnya dan tidak perlu mengetahui secara detail adalah dengan
mengikuti program jaminan atau perlindungan hari tua di perusahaan asuransi. Kita
juga perlu memahami perusahaan asuransi yang mempunyai kinerja baik. Dengan
mengikuti asuransi, kita bisa mengalihkan berbagai risiko pada masa pensiun
nantinya. Sekarang ini, ada beberapa hal yang bisa dialihkan resikonya kepada
perusahaan asuransi untuk menanggungnya, yaitu: 1) asuransi jiwa, 2) asuransi
kesehatan, 3) asuransi kecacatan, dan 4) asuransi perawatan jangka panjang.
Mengapa kita perlu investasi di asuransi? Pertama, asuransi jiwa akan memberikan
proteksi kebutuhan keuangan bagi keluarga setelah kita meninggal dunia. Kita
bisa memastikan bahwa pasangan hidup dan anak-anak tercinta tetap mempunyai
uang dan arus kas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan di sepanjang hidup
setelah kita tutup usia; Kedua,
asuransi kesehatan bermanfaat dalam menanggung beban keuangan bila kita menderita
sakit dan mengidap penyakit di kemudian hari. Kita bisa mendapatkan fasilitas
perawatan yang tepat guna pemulihan kondisi kesehatan dari penyakit tertentu; Ketiga, asuransi kecacatan bermanfaat
bila suatu saat kita mengalami kecelakaan atau musibah sehingga kita mengalami
cacat permanen, karena cacat permanen di usia pensiun amat memberatkan buat
keluarga kita; Keempat, asuransi
perawatan jangka panjang bermanfaat manakala kita mengalami sakit yang
berkepanjangan di masa pensiun yang menyebabkan kita tidak sanggup melakukan
aktivitas sehari-hari secara fisik tanpa bantuan orang lain. (Eddy Ka Berutu,
2011).
Banyak pilihan asuransi yang bisa
menjadi tempat untuk investasi jaminan atau perlindungan kita di masa pensiun. Tinggal
pilih jenis asuransi konvensional atau syariah. Sebagai contoh kita bisa
mengikuti program asuransi di PT Sun Life Financial Indonesia. Banyak ragam
produk yang ditawarkan sebagai investasi masa depan. Dengan mengikuti program asuransi tersebut,
jaminan atau perlindungan masa pensiun
akan ditanggung sesuai dengan jumlah premi yang dibayarkan. Kita akan merasa
nyaman untuk menghadapi masa pensiun kita.
Dengan mengikuti program investasi di asuransi
tersebut, kita akan merasa merdeka secara finansial menghadapi masa pensiun. Di
saat menghadapi masa pensiun nanti, kita akan menghadapi periode yang
membahagiakan. Makanya, bagi orang yang pensiunakan mengalami kemerdekaan finansial
bila terpenuhi kondisi-kondisi sebagai berikut: 1) tercukupinya kebutuhan
konsumsi, 2) kemampuan memenuhi kewajiban pembayaran hutang, 3) tersedia dana
untuk memenuhi kebutuhan mendadak (emergency),
dan 4) bisa melakukan hobi dan menabung. Kondisi tersebut tidak mustahil untuk
kita raih. Dengan mengikuti program asuransi sebagai bagian dari perencanaan
keuangan membuat peluang masa pensiun yang membahagiakan semakin besar
(Manajemen.bisnis.com, 2013).
Dengan demikian, kita jangan sampai terlambat
untuk berinvestasi buat masa pensiun kita. Seandainya kita terlambat untuk
memulainya, hal yang paling rentan adalah membuat beban cicilan semakin besar
untuk mengumpulkan bekal buat masa pensiun. Dengan kata lain, semakin dini kita
mulai, semakin ringan cicilannya dan bisa memilih instrumen yang less risiko. Tetapi, semakin dekat masa
pensiun semakin berat cicilannya. Secara teori, resiko harus
turun atau
diturunkan ketika jarak waktu kita sekarang dengan waktu penggunaan
dana sudah dekat (Akuinginsukses.com, 2013). Kita tidak ingin masa pensiun
nanti begitu menderita, bekerja keras tanpa mengenal lelah. Sementara usia kita
sudah tidak muda lagi, tenaga berkurang, kulit keriput di sana sini. Sungguh
kondisi yang tidak kita inginkan.
Di masa pensiun nanti, kita benar-benar ingin mengalami
masa pensiun yang memenuhi enam (6) unsur, yaitu: 1) segar secara pisikal, 2) cerdas secara intelektual, 3) stabil secara
emosional, 4) damai secara spiritual, 5) luhur secara sosial, dan 6) merdeka
secara finansial (financial freedom).
Kita ingin menjalani masa pensiun yang direncanakan dengan baik, sangat
bermakna, menjalani hidup dengan bahagia, tetap aktif dan produktif, memiliki
waktu luang untuk melakukan hobi yang positif, mengembangkan jaringan serta
meningkatkan aktivitas sosial, melakukan stimulasi
intelektual dan mencapai kedamaian spiritual. Masa pensiun akan disambut
dengan perasaan suka cita (Manajemen.bisnis.com, 2013). Mari kita persiapkan
bekal masa pensiun dengan perencanaan keuangan yang matang dan positif. Memahami
financial literacy atau melek
finansial (kecerdasan sosial) adalah mutlak yang harus dilakukan mendekati fase
akhir (final) dalam kehidupan kita. Kita ingin gembira di masa pensiun nanti. Happy retirement!
Referensi:
Akuinginsukses.com.(2013).Pentingnya Program Dana Pensiun. Diambil
dari http://www.akuinginsukses.com/pentingnya-program-dana-pensiun/
Harsanto,
Pandji. (2012). Mempersiapkan Pensiun
untuk PNS.Diambil dari http://pandjiharsanto.com/2012/02/03/mempersiapkan-pensiun-untuk-pns/
Ka
Berutu, Eddy. (2011). Ragam Polis Asuransi di Masa Pensiun.
Diambil dari http://economy.okezone.com/read/2011/04/26/315/449929/ragam-polis-asuransi-di-masa-pensiun
Manajemen.bisnis.com.
(2013).Financial planning penting bagi
para pensiunan agar nggak miskin.Diambil
dari http://manajemen.bisnis.com/read/20130101/55/291/financial-planning-penting-bagi-para-pensiunan-agar-nggak-miskin
Marwan.
(2014). Potret Nasional Melek Finansial
Td-informasi.blogspot.com.
(2013).Pentingnya Dana Pensiun
(Asuransi).Diambil dari http://td-informasi.blogspot.com/2013/05/pentingnya-dana-pensiun-asuransi.html/
Tag: SUN LIFE
PERLINDUNGAN KELUARGA
MELEK FINANSIAL
2 comments for "Financial Leteracy Demi Kesejahteraan di Masa Pensiun "
www.mampuberhaji.com