Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JUSUF KALLA, “DOCTOR HONORIS CAUSA” YANG AKTIF MEMBANGUN BANGSA



JUSUF KALLA, “DOCTOR HONORIS CAUSA” YANG
AKTIF MEMBANGUN BANGSA

Oleh Casmudi, S.AP


          Di sebuah acara talk show televisi swasta “Hitam Putih”  yang dipandu oleh host Deddy Corbuzier tanpa disangka menghadirkan sosok Wakil Presiden ke-10 Republik Indonesia, Jusuf Kalla. Berbagai pertanyaan yang diberikan oleh sang pemandu acara dijawab begitu santai oleh Jusuf Kalla. Terkesan tidak merasai dikerjai, karena pemandu acara pun memberikan pertanyaan yang mengalir apa adanya. Tanpa kelihatan kaku sedikit pun.Hal ini menandakan, sepertinya tidak ada kesan canggung dari setiap pertanyaan yang harus dijawab oleh Jusuf Kalla. Perlu diketahui, bahwa seorang mantan Wakil Presiden adalah personal yang masih mempunyai hak protokoler dari pihak Paspampres. Tanpa tedeng aling-aling, Jusuf Kalla menjawab semua pertanyaan mengenai kesibukannya setelah tidak menjabat sebagai seorang pemimpin negeri. Acara talk show diakhiri dengan kesediaan Jusuf Kalla bernyanyi lagu daerah, meskipun berkali-kali beliau menolaknya, karena bukan keahliannya. Suatu pemandangan yang baru dilihat masyarakat umum, karena acara tersebut memang terkesan penuh canda dan diselingi guyonan untuk memancing pemirsa.
Pendahuluan
          Sebelum masa reformasi bergulir, kepemimpinan Indonesia masih dipilih secara aklamasi di lembaga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Namun sejak tahun 2004, pemilihan Presiden dan wakilnya juga anggota legislatif di tingkat pusat dan daerah dilakukan secara langsung untuk yang pertama kali. Oleh sebab itu, Presiden dan Wakil Presiden terpilih pada Pilpres  2004 yaitu: Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK) secara resmi sebagai pemimpin bangsa pertama kali yang dipilih secara langsung oleh rakyat melalui hajat besar bangsa, yaitu Pemilihan Umum (Pemilu). Untuk lima (5) tahun ke depan, Presiden dan Wakil Presiden terpilih akan melaksanakan tugas yang mulia sebagai pengemban amanah rakyat. Kolaborasi militer dan sipil bekerja sama untuk membangun bangsa yang telah terpuruk karena berbagai masalah bangsa dan krisis yang multidimensi. Sayangnya, track record seorang Wakil Presiden Jusuf Kalla disinyalir banyak kalangan lebih dominan dari track record Presiden SBY.Berbagai gagasan yang monumental telah di-launching dari seorang Wakil Presiden Jusuf Kalla demi perbaikan bangsa.
           Indonesia patut berbahagia mempunyai anak bangsa sehebat Jufuf Kalla.Wakil Presiden ke-10 ini benar-benar merupakan sosok negarawan yang patut ditiru generasi bangsa saat ini. Beliau mempunyai nama lengkap Muhammad Jusuf Kalla, yang biasa dipanggil Jusuf Kalla (JK). Beliau beragama Islam dan lahir di  Watampone, Sulawesi Utara pada tanggal 15 Mei 1942. Beliau beristrikan Hj. Mufidah Jusuf dan telah dikaruniai seorang putra bernama Solichin Jusuf dan empat putri, yang bernama Muchlisa Jusuf, Muswirah Jusuf, Imelda Jusuf, dan Chaerani Jusuf. Beliau juga telah dikaruniai sembilan orang cucu. Sedangkan saudara beliau Halim Kalla. Jusuf Kalla merupakan anak ke-2 dari 17 bersaudara dari pasangan Haji Kalla dan Athirah. Orang tuanya berprofesi sebagai pengusaha dari keturunan Bugis yang memiliki bendera usaha yaitu: Kalla Group. Bisnis keluarga Kalla meliputi beberapa kelompok perusahaan di berbagai bidang industri. Untuk mengembangkan perusahaannya dan sebagai langkah regenerasi, maka pada tahun 1968 orang tuanya memberikan kepercayaan kepada seorang Jusuf Kalla. Jusuf Kalla dipercaya menjadi CEO dari NV Hadji Kalla.Karena kerja keras dan keuletannya, maka di bawah kepemimpinannya NV Hadji Kalla berkembang dari sekedar bisnis ekspor-impor, meluas ke berbagai bidang seperti: bidang perhotelan, konstruksi, pejualan kendaraan, perkapalan, real estate, transportasi, peternakan udang, kelapa sawit, dan telekomunikasi. Jusuf Kalla menjadi orang yang disegani di kawasan Sulawesi Selatan dan sekitarnya. Oleh sebab itu, Jusuf Kalla akrab dikenal  dan disapa oleh masyarakat Makasar dengan panggilan Daeng Ucu.
            Sepak terjang seorang Jusuf Kalla sudah tidak diragukan lagi. Beliau mempunyai pengalaman organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan. Sewaktu masih menjadi mahasiswa, beliau pernah aktif dalam organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) Cabang Sulawesi Selatan dari tahun 1960-1964, Ketua HMI Cabang Makassar tahun 1965-1966, Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Hasanuddin (UNHAS) 1965-1966, serta Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tahun 1967-1969.Hingga kini, beliau masih menjabat sebagai Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) di alamamaternya Universitas Hasanuddin (UNHAS) setelah terpilih kembali pada musyawarah bulan September 2006. Sebelum terjun ke dunia politik, Jusuf Kalla justru pernah menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan. Di mana beliau bertanggung jawab mengenai perkembangan industri yang ada di kawasan Sulawesi Selatan. Maklumlah, beliau adalah seorang pengusaha sukses yang mengetahui tentang seluk beluk bisnis. Namun karir sebagai pengusaha sukses membuatnya tergiur untuk terjun dalam panggung politik Indonesia. Menghadapi panggung politik bukanlah hal yang baru bagi Jusuf Kalla.
Berkarir di Panggung Politik dan Birokrasi         
           Karir di panggung politik menghantarkan Jusuf Kalla mulai dikenal secara nasional. Sebelum menjadi Wakil Presiden yang mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk masa jabatan 2004-2009, Jusuf Kalla telah menjabat sebagai menteri padamasa pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) (Presiden RI ke-4). Bahkan, Jusuf Kalla kembali dipercaya sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat di masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri (Presiden RI yang ke-5). Posisi inilah yang menyebabkan kepemimpinan dalam bisnisnya diserahkan kepada Fatimah Kalla.
           Karir politik Jusuf Kalla sungguh cemerlang. Jusuf Kalla pernah menjabat sebagai ketua umum Partai Golongan Karya (Golkar) yang menggantikan Akbar Tanjung untuk masa jabatan sejak bulan Desember 2004 hingga 9 Oktober 2009. Di saat Jusuf Kalla menjabat sebagai Wakil Presiden yang merangkap sebagai Ketua Umum Golkar, beliau berkesempatan untuk melantik 185 pengurus Badan Penelitian dan Pengembangan Kekaryaan Partai Golkar di Kantor DPP Partai Golongan Karya di Slipi, Jakarta Barat pada tanggal 10 Januari 2007. Sungguh luar biasa, mayoritas anggotanya berasal dari kalangan cendekiawan, pejabat publik, pegawai negeri sipil, pensiunan jenderal, dan pengamat politik. Mereka ada yang bergelar master, doktor, dan profesor.
           Menjadi seorang Wakil Presiden tidak menjadikan diri Jusuf Kalla bersenang diri. Aturan yang dilakukan oleh protokoler istana mengharuskan beliau aman selama 24 jam. Kondisi ini menjadi sedikit gundah-gulana. Ke manapun beliau pergi, harus mengikuti aturan yang ada. Paspampres siap mengawal ke mana pun. Semata-mata demi keamanan pribadi. Apalagi iring-iringan vorijder (mobil pembuka jalan) membuat masyarakat diterobos hak azasinya. Kondisi inilah yang membuat Jusuf Kalla ingin menikmati hidup seperti rakyat biasanya. Beliau berusaha mencari jalan terbaik, agar bisa menikmati hari-harinya tanpa ada pengawalan yang sangat-sangat luar biasa sebagai Wakil Presiden.
          Namun posisi sebagai Wakil Presiden membuat tindakan Jusuf Kalla akan selalu mendapat pengawalan ketat dari Paspampres Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres). Hal ini membuat beliau tidak bisa bergerak nyaman dan bebas layaknya rakyat pada umumnya. Perlu diketahui, Jusuf Kalla saat menjadi Wakil Presiden pernah membuat repot Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres). Di rumah dinasnya di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat tidaklah jauh dengan Taman Suropati. Keinginan beliau untuk berakhir pekan dengan berjalan-jalan di Taman Suropati merupakan tekad yang bulat.  Apalagi mengajak cucunya merupakan hal yang terindah, di balik kesibukannya sebagai seorang Wakil Presiden yang super sibuk. Pasalnya pengamanan Paspampres di depan rumah dinasnya sungguh ketat sekali. Untuk menghindari ketatnya pengawalan Paspampres, Jusuf Kalla tidak melewati depan rumah. Namun beliau memilih keluar rumah dinasnya melalui pintu samping rumah. Akhirnya aksi tersebut berhasil. Tidak ketinggalan, cucunya juga diajak.
           Tindakan “incognito” (penyamaran) tersebut berhasil tanpa pengawasan Paspampres. Akhirnya, beliau pun dengan santainya melenggang untuk jalan-jalan di Taman Suropati. Kebetulan di Taman Suropati sedang ramai dan hiruk-pikuk, karena ada acara hiburan yang diadakan oleh sebuah stasiun swasta. Orang-orang yang ada tidak mengenal betul kehadiran Jusuf Kalla di antara mereka, meskipun banyak yang berpapasan dengan beliau. Bahkan banyak yang tidak menegurnya. Mereka anggap, paling-paling rakyat biasa. Tetapi, sepandai-pandainya tupai melompat, pasti jatuh juga begitu kata peribahasa. Akhirnya, tindakan penyamaran Jusuf Kalla terbongkar saat sedang duduk dengan seorang bapak yang sedang membaca koran. “Sedang baca koran Pak," tanya Jusuf Kalla kepada seorang bapak yang sedang membaca koran tersebut. Beliau pikir, pasti bapak tersebut tidak akan mengenalnya secara detil. Namun kejadiannya sungguh di luar dugaan. Saat bapak yang ditanya langsung menengok, bapak tersebut kaget bukan kepalang. Bapak tersebut paham betul bahwa orang menyapanya adalah seorang Wakil Presiden Jusuf Kalla. Suasana di Taman Suropati pun langsung heboh. Kamera televisi yang ada juga langsung menyorot Wakil Presiden Jusuf Kalla dan menjadi kerumunan massal. Kejadian ini menjadi kesempatan yang jarang terjadi untuk masyarakat yang berada di Taman Suropati. Kehebohan tersebut ternyata langsung diketahui oleh pihak Paspampres. Pasukan khusus yang betugas untuk mengamankan kepresidenan langsung bergegas menuju Taman Suropati. Akhirnya Jusuf Kalla mendapatkan pengawalan ekstra ketat untuk kembali ke rumah dinasnya. Sungguh sifat yang merakyat, meskipun tindakan tersebut berakhir dengan pengawalan Paspampres. Semata-mata demi keamanan pemimpin negeri ini.
            Sifat merakyat Jusuf Kalla juga diketahui secara luas oleh masyarakat yang tinggal di sekitar rumah pribadinya, yang berada di Jalan Brawijaya No. 6 Jakarta Selatan. Biasanya keberadaan rumah pejabat berada di antara  rumah mewah lainnya. Mungkin sebagai prestige yang harus dijaga. Namun berbeda dengan rumah Jusuf Kalla yang tampak nampak unik. Hal ini dikarenakan, keberadaan warung kecil mungil yang menempel tepat di sisi rumahnya. Warung tersebut menjual makanan dan minuman ringan. Pembeli pun nampak lalu-lalang menyambanginya. Kadangkala, sang penjual juga mengantarkan pesanan kopi pada pelanggan yang memesan. Warung ini bahkan telah menjadi langganan anggota Paspampres yang bertugas menjaga kediamannya. Bahkan Jusuf Kalla pernah mendatangi warung tersebut dan menemui sang empunya serta mengatakan bahwa anggota pengamanan rumah kediamannya jika untuk belanja kopi di warungnya saja.  Sebuah penghargaan yang luar biasa buat sang pemilik warung yang notabene hanya seorang rakyat biasa.
Gagasan Untuk Membangun Bangsa
            Jusuf Kalla menyadari bahwa keamanan dalam negeri adalah mutlak dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. TNI dan Polri yang bertugas sebagai pengaman bangsa dari gangguan memerlukan peralatan militer yang mumpuni. Oleh sebab itu, Jusuf Kalla mengusulkan untuk pembuatan panser sebagai alat kekuatan militer. Beliau merancang, memiliki gagasan awal, dan pelaksanaan pembuatannya. Akhirnya tugas pembuatan panser diserahkan kepadap PT. Pindad (Bandung) selama 2 tahun pembuatan. Beliau merokmendasikan gagasan tersebut dengan jaminannya di atas secarik kertas rancangan gambar panser pada Desember 2007.Empat panser menggantikan empat panser yang dianggap sudah terlalu tua yang digunakan oleh Grup B Paspampres untuk menjaga keamanan Very Very Important Person (VVIP). Beberapa panser lainnya dikirim untuk menjaga keamanan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di kediaman pribadinya di Puri Cikeas Indah, Bogor. Panser yang lain dikirim ke Kompleks Istana Kepresidenan dan Sekretariat Negara, Jakarta. Empat panser itu merupakan bagian dari 40 panser yang telah diserahterimakan dari PT. Pindad (Bandung) kepada pemerintah dalam sebuah acara resmi yang dihadiri oleh Presiden Susilo BambangYudhoyono (SBY).
            Gagasan Jusuf Kalla  yang kontroversial saat menjadi Wakil Presiden adalah program penghematan BBM. Dimana, masyarakat Indonesia dipaksa dan diberikan pemahaman untuk mengganti minyak sebagai bahan bakar diganti dengan pemanfaatan gas elpiji yang lebih efisien. Oleh karena itu, pemerintah mengadakan pembuatan kemasan gas elpiji 3 kg dan kompor gas satu tungku yang dibagikan secara gratis di seluruh Indonesia. Kebijakan tersebut ternyata banyak mengalami penolakan yang luar biasa dari masyarakat. Hal ini disebabkan karena terjadinya kasus kebakaran yang ditimbulkan oleh penggunaan gas elpiji 3 kg hampir di seluruh Indonesia. Merubah mindset masyarakat memang butuh waktu. Jusuf Kalla mengklaim, bahwa dengan penggunaan gas elpiji maka akan menghemat pemakaian BBM dan mencegah polusi udara. Apalagi bahan bakar minyak yang tergolong mahal dan boros dalam pemakaian akan semakin menyengsarakan rakyat. Namun yang terpenting adalah menghemat pemakaian BBM yang terkandung di Indonesia mulai langka.Kemudian, selanjutnya Pemerintah mengalihkan menjadi subsidi kendaraan bermotor.
            Ketidakcocokan pemakaian gas elpiji tidak serta-merta membuat Jusuf Kalla menyerah. Program tersebut terus dikembangkan dan dievaluasi, meskipun banyak penolakan yang tajam dari masyarakat. Masalah bahan pembuatan tabung gas yang “ringkih” dan mudah pecah diganti dengan bahan yang kuat.Pengetesan kebocoran tabung gas pun dicek secara seksama sebelum dipakai masyarakat. Adanya tindakan licik dari oknum pengusaha yang menyuntik gas ukuran 12 kg ke dalam tabung gas ukuran 3 kg demi keuntungan merupakan penyumbang terbesar adanya kebakaran tabung gas yang terjadi di mana-mana. Pihak keamanan dengan tegas mengusut kasus tersebut. Lambat-laun masyarakat menjadi terbiasa dan cocok dalam pemakaian tabung gas. Masyarakat mulai menyadari bahwa dengan pemakaian tabung gas masakan akanlebih cepat matang, hemat bahan bakar dan menghindari polusi udara karena asap. Gagasan yang berakhir dengan penerimaan masyarakat, meskipun pada awalnya mendapatkan penolakan dan membutuhkan waktu untuk mendapatkan kesadaran masyarakat.
            Bukan hanya gagasan pemakaian gas elpiji, Jusuf Kalla juga mengeluarkan gagasan tentang adanya Ujian Nasional  (UN) yang masih menjadi polemik di masyarakat. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia dari SD sampai SMA, Jusuf Kalla saat menjadi Wakil Presiden mengusulkan penggantian EBTANAS menjadi UN (Ujian Nasional). Beliau berpendapat, bahwa sebagai pemerintahbertanggung jawab untuk meningkatkan secara konsisten atas  mutu guru, dan melengkapi sarana prasarana. Program yang menelan biaya ratusan miliar rupiah dilaksanakan di seluruh Indonesia. Banyak kalangan yang menentang gagasan tersebut. Mereka mengklaim, bahwa dari pada uang sebesar itu digunakan untuk biaya pelaksanaan Ujian Naional (UN) yang terkesan sia-sia, lebih baik digunakan untuk berbagai pelatihan guru dan perbaikan sarana prasarana sekolah. Apalagi dana yang besar tersebut menjadi lahan untuk menimbulkan tindakan korupsi bagi pejabat pemerintah dan koleganya. Ditambah lagi dengan hasil yang ditunjukan para siswa menunjukkan hasil yang kurang memuaskan karena banyaknya siswa yang tidak lulus sekolah. Kejadian siswa bunuh diri pun tidak bisa terelakkan, karena perasaan malu. Dengan demikian, perlu adanya evaluasi kembali dengan adanya kebijakan pelaksanaan Ujian Nasional (UN).Apalagi tahun 2013 dilaksanakan tidak secara serentak seluruh Indonesia.
           Dengan adanya perbedaan pendapat yang mengemuka di berbagai media mengenai pelaksanaan Ujian Nasiona (UN), Jusuf Kalla pernah membuat analisanya di Koran Kompas sebagai berikut:
           “Lalu, apa beda ujian sekolah dan ujian nasional? Dalam ujian sekolah, pada umumnya guru menguji apa yang telah dia ajarkan, sedangkan dalam ujian nasional murid diuji apa yang seharusnya mereka ketahui di mana pun murid itu berada di Indonesia. Dengan demikian, tingkat kecerdasan manusia Indonesia akan merata antara murid-murid yang sekolah di Jakarta dan mereka yang bersekolah di daerah-daerah”.
            Dari tulisan tersebut, Jusuf Kalla ingin meluruskan bahwa pelaksanaan Ujian Sekolah (UN) dilakukan untuk menguji murid atau siswa apa yang diketahuinya selama bersekolah secara merata di seluruh Indonesia. Hal tersebut juga dimaksudkan, agar tingkat kecerdasan siswa Indonesia akan merata, baik yang berada disekolah Jakarta dengan siswa yang bersekolah di daerah-daerah. Analisa Jusuf Kalla memang benar, dengan satu syarat, kemampuan guru dan prasarana sekolah yang ada di daerah harus seimbang dengan yang ada di perkotaan. Tidak ada kesan meng-kotak-kotakan sekolah di Jakarta atau perkotaan dengan di daerah.
            Jusuf Kalla adalah sosok yang menghargai jasa pendahulunya, yaitu Alm. Presiden Soeharto. Meskipun banyak kalangan membenci, meninggalkan atas apa yang dilakukannya  saat menjadi Presiden RI 32 tahun lamanya. Beliau tetap menghargai dan menghormati jasa Presiden RI ke-2 tersebut. Hal ini dilakukan dengan memberikan kata pengantar dan sambutan pada peluncuran buku Soeharto Untold Story. Dalam sambutannya Jusuf Kalla memberikan teladan untuk selalu menghormati kepada pemimpin bangsa yang besar, seperti Alm.Soeharto. Beliau menganjurkan, agar masyarakat Indonesia menyampaikan hal-hal yang baik dan menghormati hal-hal yang telah dikerjakan Alm. Soeharto tersebut. Jusuf Kalla menegaskan, bahwa jangan sampai terulang apa yang dikatakan majalah Times. Majalah tersebut menyatakan, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat tidak menghormati pemimpinnya walaupun punya jasa yang sangat besar bagi bangsanya. Jusuf Kalla menegaskan kembali, bahwa Alm. Soeharto adalah sosok pemimpin yang telah meletakan dasar-dasar pembangunan bagi bangsa dari keadaan yang sangat sulit, yaitu krisis ekonomi pada tahun 1965. Di mana pada tahun tersebut, inflasi mencapai 600 persen. Alm. Soeharto menurut Jusuf Kalla telah membangun bangsa Indonesia tahap demi tahap yang sangat rinci dan sangat teratur melalui program “Trilogi Pembangunan” yaitu: pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas. Oleh karena itu, jika saat ini berbicara tentang progrowth, projob, propoor, untuk “Percepatan Pembangunan”. Hal itu telah dilakuakn Alm. Soeharto 32 tahun lalu dalam program “Akselerasi Pembangunan 25 tahun”. Sebuah tindakan Jusuf Kalla yang tidak menghilangkan jasa pemimpin sebelumnya, meskipun banyak menuai kontroversi. Sungguh arif  dan bijaksana sebagai pemimpin bangsa.
           Jasa Jusuf Kalla terhadap masalah bangsa juga dilakukan saat berperan sebagai mediator untuk menyelesaikan berbagai konflik di tanah air.Beberapa konflik telah diredakan dengan campur tangannya seperti Konflik Aceh dan konflik Poso (Sulawesi Tengah). Yang terbaru adalah keinginan Beliau untuk  ikut turun tangan dalam mengatasi masalah konflik Sampang, Madura tentang perseteruan kaum Syiah dan Sunni yang berawal dari masalah perseteruan keluarga.  Apalagi kasus Sampang sebenarnya bukan masalah Syiah-Sunni, tapi ada masalah keluarga yang dicampur dengan ideologi. Beliau ingin meyelesaikannya secara damai. Kelihaian Jusuf Kalla dalam mengatasai masalah bangsa mendapat apresiasi yang luar biasa dari pihak kaum pendidik. Pada tanggal 2 Maret 2009, Jusuf Kalla menerima penghargaan  Ganesa Prajamanggala Bakti Kencana DR. (HC) H. Muhammad Jusuf Kalla pada sidang terbuka.          Dengan Surat Keputusan Rektor No. 062/SK/K01/KP/2009 yang disahkan tanggal 20 Februari 2009 memutuskan, bahwa Jusuf Kalla berhak mendapat penghargaan karena jasa dan pengabdiannya yang luar biasa sebagai Wakil Presiden RI. Pada kesempatan tersebut, Jusuf Kalla hadir bersama istri Mufidah Jusuf Kalla, dan dilanjutkan melakukan penandatanganan sampul hari pertama perangko ulang tahun emas ke-50 dan peresmian serangkaian acara Dies Emas Institut Teknologi Bandung (ITB). Setelah menerima penghargaan tersebut, pada tanggal 10 September 2011 Jusuf Kalla juga mendapat penganugerahan Doktor Honoris Causa (DR (HC)) dari Universitas Hasanuddin, Makassar. Sebuah penghargaan yang membanggakan bagi anak bangsa. Namun penghargaan tersebut tidak membuat Jusuf Kalla lupa diri. Beliau tetap berkarya demi bangsa Indonesia.
Sepatu “JK” dan Kegiatan Kemanusiaan
           Pada saat melakukan kampanye Calon Presiden untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 yang dilakukan secara langsung, Jusuf Kalla berkesempatan melakukan kampanye di kawasan industri sepatu Cibaduyut, Bandung. Kepedulian Jusuf Kalla terhadap UKM sangat luar biasa. Di saat kunjungannya yang berdialog dengan para perajin, membuat masyarakat mengelu-elakannya. Dialog antara Jusuf Kalla dan para perjain pun berlangsung cair. Sebagai rasa kepedulian dan jasa Jusuf Kalla terhadap UKM, maka perajin membuat merk sepatu yang diproduksinya dengan merk “JK”. Jusuf Kalla pun memesan sepatu tersebut.
           Jusuf Kalla berkeinginan, agar keberadaan UKM di Indonesia terus diberdayakan dan di-support oleh Pemerintah, seperti aspek pembiayaan. Hal ini dimaksudkan agar pengusaha pribumi mampu berkembang dan bersaing secara sehat seperti pengusaha keturunan. Perlu adanya peraturan yang mengatur secara tegas hal tersebut. Beliau memberikan pengalamannya tentang ketidakseimbangan antara pengusaha keturunan dan pribumi.Beliau menginginkan adanya pemerataan dalam partisipasi dan menikmati hasil-hasil pembangunan antara masyarakat keturunan dan pribumi. Jadi tidak saling menjatuhkan. Beliau memberi gambaran yang menarik tentang penyelesaian antara keberadaan pengusaha keturunan dan pribumi yang terjadi di Negara Malaysia. Malaysia  mengeluarkan kebijaksanaan ekonomi yang memihak dan membantu pribumi dalam New Economic Policy (NEP) tahun 1971 dengan tujuan Poverty Eradication and Income Equalization (Pengentasan Kemiskinan dan Pemerataan Pendapatan). Di Malaysia, warga keturunan  sebanyak 35 persen dan menguasai kegiatan ekonomi 60 persen. Kondisi ini berarti  perbandinganwarga keturunan dan penguasaan ekonomi sebesar 1:2. Tetapi, di Indonesia dengan warga keturunan yang berjumlah kurang lebih 6 jutajiwa atau 3 persen dari jumlah penduduk yang menguasai 60% ekonomi. Hal ini berarti berbanding 20 kalinya. Dengan kata lain, peranan warga keturunan di Indonesia dalam bidang ekonomi sungguh luar biasa. Hal inilah yang menimbulkan kecemburuan sosial.
            Dalam bidang pariwisata, gagasan Jusuf Kalla sangat menggiurkan.Kita masih ingat tentang program dukungan masyarakat Indonesia terhadap Kawasan Wisata Komodo melalui SMS. Di mana, dukungan tersebut akhirnya membuahkan hasil bahwa Kawasan Wisata Komodo telah diakui sebagai bagian dari "The New 7 Wonders" ( 7 keajaiban dunia baru) selain Amazon, Halong Bay, Iguazu Falls, Jeju Island, Puerto Princesa Underground River, dan Table Mountain. Berkat jasa Jusuf Kalla yangbertindak sebagai Duta Komodo, menjadikan Kawasan Wisata Komodo masuk dalam tujuh besar keajaiban dunia. Masuknya Kawasan Wisata Komodo sebagai 7 Keajaiban Dunia merupakan bentuk kebersamaan bangsa. Jusuf Kalla mengatakan bahwa binatang Komodo yang diributkan selama ini masih hidup tenang di pulaunya di Nusa Tenggara Timur. Komodo sendiri tidak tahu dia menang, dia sendiri tidak membutuhkan peningkatan kebutuhan. Tetapi, yang membutuhkan peningkatan kesejahteraan justru masyarakat di sekitar. Di mana, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang ada hanyalah hamparan padang sabana dan teriknya matahari yang menerpa warga yang pekerja keras.
“Jalan Keluar” dan Novel Tentang Ibu
            Saat debat publik Calon Presiden 2009, pertanyaan yang ditujukan untuk Calon Presiden 2009 Jusuf Kalla oleh pemandu acara adalah apa yang akan dilakukan jika tidak menjabat sebagai Presiden lagi. Dengan enteng Jusuf Kalla menjawab bahwa yang dilakukan beliau adalah mengurusi pendidikan dan melakukan kegiatan yang bermanfaat untuk bangsa Indonesia selama masih membutuhkannya. Jawaban tersebut terbukti setelah Jusuf Kalla tidak lagi menjabat sebagai pemimpin negeri. Jusuf Kalla justru semakin padat kegiatannya. Melalui Munas Palang Merah Indonesia (PMI) ke-19, Jusuf Kalla terpilih sebagai ketua umum Palang Merah Indonesia (PMI) periode 2009-2014.Tugas yang diembannya adalah membawa misi kemanuasiaan, seperti menjaga stabilitas stok darah yang sangat dibutuhkan banyak orang. Tindakan kemanusiaan yang dilakukan di antaranya pelepasan tim misi kemanusiaan ke Negara Philipina  yang dilanda topan Haiyan. Dengan menggunakan Kapal Motor (KM) Emir yang membawa 688.862 ton barang bantuan PMI. Tim kemanusiaan PMI akan bertugas selama satu bulan kedepan dan direncanakan melakukan operasi tanggap darurat di Provinsi Negros Oriental, Philipina yang masih sulit untuk dijangkau.
            Di bidang relegius, Jusuf Kalla dipercaya sebagai ketua umum Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) periode 2012-2017 dalam Muktamar VI DMI di Jakarta. Beliau bertugas mengembangkan tugas keagamaan. Mengembangkan fungsi masjid demi kemaslahatan umat bangsa di seluruh Indonesia. Oleh sebab itu, beliau sangat aktif menyelesaikan berbagai konflik yang berhubungan dengan keagamaan.Hal itu semata-mata untuk menjaga kerukunan antar umat seagama, antar umat beragama dan antar umat beragama dengan pemerintah (Tri Kerukunan Umat beragama).
            Di bidang jurnalistik, Jusuf Kalla pun tak luput dari incarannya. Jusuf Kalla merupakan salah satu sosok yang gamang terhadap berbagai masalah bangsa yang tidak kunjung terselesaikan, seperti masalah perekonomian, suksesi kepemimpinan dan aparat birokrasi yang bobrok. Untuk menganalisa berbagai permasalahan tersebut, beliau dipercaya oleh sebuah stasiun televisi swasta untuk  menjadi host acara Talk Show bertajuk “Jalan Keluar”. Acara tersebut menghadirkan berbagai narasumber yang ahli di bidangnya. Acara yang terkesan santai dan tidak menggurui membuat narasumber tidak canggung untuk menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan dari Jusuf Kalla. Kesan protokoler yang pernah menyelimutinya tidak muncul lagi. Begitu inspiratif membahas berbagai permasalahan bangsa.
             Namun, langkah Jusuf Kalla tidak terlepas dari peran orang yang ada di sekitarnya. Jusuf Kalla merasakan bahwa kesuksesannya dalam hidup tidak terlepas dari didikan orang tuanya, terutama ibunya. Begitu sayang dan menghargai jasa ibunya, Jusuf Kalla meluncurkan novel yang bercerita tentang ibunya, yang bernama "Athirah". Nama tersebut juga dijadikan sebagai judul novel. "Ibu merupakan tokoh sentral, di buku ini bercerita pengalaman, kisahnya dalam mengatasi masalah hidup tidak dengan menangis, tetapi dengan sikap positif," kata Jusuf Kalla saat peluncuran novel tersebut di Jakarta. Menurut Jusuf Kalla, sosok yang ia sebut Emma telah membentuk Jusuf Kalla seperti sekarang ini. Bahkan, Jusuf Kalla menganggap Emma adalah matahari yang selalu memberi nilai-nilai kehidupan dan prinsip-prinsip yang mewarnai hidupnya. Novel yang ditulis oleh Alberthiene Endah (AE) tersebut diluncurkan tepat pada Hari Ibu yang menceritakan tentang  perjuangan seorang ibu yang menikah di usia muda dan harus pula berbagi suami dengan perempuan lain. Atas kecintaannya terhadap ibunya, Jusuf Kalla juga memberi nama pesawat pribadinya dengan nama “Athirah”.
Mengungkap Tabir Kasus Century dan Pilpres 2014
            Kasus Century merupakan kasus terbesar hingga saat ini.Kasus Century yang telah merampok uang Negara sebesar 6,7 triliun belum mampu diselesaikan hingga sekarang. Aktor-aktor elit yang terlibat belum mampu dieksekusi dengan hukuman yang setimpal. Kasus tersebut bermula saat Jusuf Kalla menjabat sebagai Wakil Presiden periode 2004-2009. Pemerintah yang ada sekarang ini mengklaim, bahwa tidak ada perampokan dalam Kasus dana talangan Bank Century.  Jusuf Kalla menuturkan bahwa jika memang benar tidak ada perampokan uang negara, mengapa orang yang bersuara lantang mengkritisi kasus tersebut harus dibungkam oleh Pemerintah. Kasus Century semakin membingungkan dengan munculnya berbagai kasus korupsilain, seperti Kasus Hambalang yang disinyalir telah melibatkan para pejabat negara. Akhirnya Kasus Century pun semakin lama semakin hilang ditelan bumi.
            Kegelisahan mengenai Kasus Century yang tidak pernah ada ujung pangkalnya membuat kegelisahan seorang Jusuf Kalla. Kasus Century yang telah merugikan negara Rp. 6,7 Triliun, menggerakkan Jusuf Kalla untuk menulis tentang permasalahan tersebut melalui akunnya di Kompasiana.com pada tanggal 28 November 2013 dengan membeberkan sejumlah fakta yang mengindikasikan kasus korupsi Bank Century tersebut merupakan skandal perampokan yang dilakukan secara sistemik. Berikut tulisan Jusuf Kalla di Kompasiana tersebut:
            Saya ingin berikan pendapat tentang latar belakang krisis yang terjadi tahun 2008 lalu.Pada waktu itu, krisis yang terjadi adalah krisis ekonomi Amerika, bukan krisis Indonesia.Tentu dampaknya adalah kepada ekonomi Amerika, sehingga impor mereka menjadi sulit dari China.Dan, inilah kemudian menurun dan berdampak pada ekonomi kita.Artinya, yang berakibat semuanya pada kita adalah ekspor yang menurun, terutama ke China.Akibat ekspor menurun inilah tentu ada masalah-masalah lainnya.
            Pada Kamis 20 November 2008 lalu, rapat diadakan di kantor Wapres, kantor saya waktu itu. Hasil rapat tanggal 20 November itu adalah tentang situasi perekonomian Indonesia secara umum yang terangkum dalam penjelasan yang diberikan oleh saudara Anggito Abimanyu yang mewakili Menteri Keuangan.
            Waktu itu saya minta Menteri Keuangan yang memberi penjelasan pada publik tapi kemudian Menteri Keuangan menugaskan saudara Anggito, yang saat itu merupakan Kepala Badan Kebijakan Fiskal.
            Dalam penjelasannya, Anda bisa baca di Kompas tanggal 21 November 2008, adalah bahwa Pemerintah percaya diri ekonomi kita dapat dikontrol dengan baik.Kita masih memiliki cadangan surplus dari APBN tahun sebelumnya, jadi kondisi kita masih baik.Memang waktu disampaikan juga oleh Pak Boediono ada masalah-masalah soal ekonomi, itu karena ekspor menurun.Itu memang masalah.Tapi tidak ada dibicarakan tentang bank.
            Krisis tentu ada dampaknya, tetapi tak akan menyebabkan krisis buat Indonesia. Itu jelas Anda bisa lihat pada kesimpulan rapat yang dipublikasikan dan diberikan kepada umum. Dalam rapat itu sama sekali tidak membicarakan masalah perbankan atau pun Bank Century. Tidak ada sama sekali. Bahkan, Menteri Keuangan maupun Gubernur Bank Indonesia tidak pernah menyampaikan adanya suatu bank yang gagal atau semacamnya.
             Saya waktu itu menjabat sebagai acting Presiden.Akan tetapi mengapa rapat KKSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan), tentang bank gagal dan dampak sistemik tidak dilaporkan?Bukannya seharusnya dilaporkan?Apalagi masalah besar seperti itu.Namun saya akhirnya dilapori hari Selasa minggu setelahnya. Rapat mereka adalah hari Jumat-Sabtu (21-22 November), dimana paginya diputuskan dana bail-out Century. Uang juga dikeluarkan Sabtu.
            Saya bingung juga, mengapa uang dikeluarkan hari Sabtu-Minggu?Mau kemana uang dikeluarkan hari Sabtu?Bukannya bank-bank tidak ada yang buka?Lari kemana uang itu?
            Senin bingung, kenapa tiba-tiba keluar 2,7 triliun. Padahal yang disetujui menurut apa yang dilaporkan ke saya adalah 630 milyar. Selasa bingung.Rapat lagi.
            Lalu, saya mendapat laporan, Pak ada masalah seperti ini, terjadi drain, terjadi keluar uang yang begitu besar. Saya bilang ada apa! Nah waktu itulah ketika diceritakan masalahnya, saya marah kenapa terjadi uang keluar begitu banyaknya tidak dilaporkan.Jadi uang keluar baru dilaporkan.
            Ini jelas bermasalah, karena dana yang dikeluarkan sebesar 6,7 triliun itu melebihi apa yang diminta dan diperlukan Bank Century. Ini merupakan perampokan.Kalau ada uang dikeluarkan Sabtu dan Minggu, itu bermasalah, sebab bank-bank sudah jelas sedang tutup.
            Untuk itu, waktu itu saya langsung menelpon Kapolri, saya perintahkan untuk menangkap Pemilik Bank Century, Robert Tantular.
            Dengan melihat apa yang ditulis oleh Jusuf Kalla di atas, memberikan fakta baru bahwa dana talangan sebesar Rp. 6,7 triliun merupakan tindakan yang megindikasikan perilaku korupsi yang dilakukan secara terstruktur. Tindakan tersebut jelas telah melibatkan pihak Bank Indonesia untuk mengucurkan dana talangan yang luar biasa besarnya kepada Bank Century. Oleh sebab itu, tabir yang menyelimuti Kasus Dana Talangan Bank Century mulai terkuak. Tulisan Jusuf Kalla tersebut perlu ditindaklanjuti petugas yang berwenang KPK secara tegas, berani, jujur, transparan dan bertanggung jawab.
            Kesibukan Jusuf Kalla dalam berbagai kegiatan kemanusiaan, membuat banyak kalangan menginginkan untuk menjadi pemimpin bangsa kembali. Tetapi permasalahannya adalah beliau masih berada di bawah naungan Partai Golkar. Di mana, Partai Golkar secara resmi telah mendeklarasikan Aburizal Bakrie (Ical) sebagai Calon Presiden 2014. Padahal, untuk dideklarasikan sebagai Calon Presiden atau Wakil Presiden harus melalui mekanisme yang ada, yaitu: melalui partai politik. Meskipun melalui jalur independen pun bisa. Tetapi kecil sekali peluangnya untuk memenangkan dalam sebuah pertandingan Pemilihan Presiden (Pilpres). Wacana Jusuf Kalla dicalonkan Presiden mengundang reaksi pedas dari wakil rakyat Partai Demokrat, Ruhut Sitompul.Ruhut Sitompul yang mengatakan, bahwa Jusuf Kalla bukan masanya lagi untuk dicalonkan menjadi Presiden, tetapi lebih pantas untuk menimang cucu saja. Yang luar biasa adalah statement pedas tersebut tidak direspon sama sekali oleh Jusuf Kalla.
             Dengan terpaksa, beliau harus mencari dukungan dari partai lain yang menaunginya. Gayung pun bersambut, ada partai lain yaitu: Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang berniat mengajukan Jusuf Kalla maju sebagai Calon Presiden. Tetapi, Beliau harus bersaing dengan 2 calon lain yang diajukan oleh partai PKB, yaitu: Prof. Mahfud MD dan H. Rhoma Irama. Partai PKB pun ingin  mengetahui lebih jauh tentang visi dan misi Calon Presiden yang akan diajukannya. Dalam suatu kesempatan Jusuf Kalla dan 2 Calon Presiden lainnya duduk satu meja dalam sebuah seminar politik yang digelar di Kompleks Gedung Parlemen, tanggal 2 Desember 2013. Jusuf Kalla bersamaProf. Mahfud MD  dan H. Rhoma Irama, menyampaikan gagasannya dalam seminar yang bertemakan "Menciptakan Lembaga Kepresidenan yang Efektif dan Efisien untuk Kepentingan Rakyat".
Kesimpulan
            Dari pembahasan di atas, menunjukan bahwa tindakan dan gagasan seorang Jusuf Kalla pada saat menjabat sebagai Wakil Presiden ke-10 dan setelah tidak menjabat sebagai pemimpin negeri membuatnya tidak berdiam diri. Kesibukannya dalam membangun bangsa justru semakin bertambah padat. Gagasan yang pernah dikeluarkan tidak berhenti saja sejak tidak menjabat Wakil Presiden. Kepercayaan bangsa justru membawanya untuk mengurusi masalah kemanusiaan dan relegius, yaitu sebagai ketua umum Palang Merah Indonesia (PMI) dan Dewan Masjid Indonesia (DMI). Sebuah keseimbangan tugas yang baik antara dunia dan akhirat.
            Banyak gebrakan yang telah ditorehkan oleh Jusuf Kalla, seperti pengadaan panser, Ujian Nasional (UN) yang masih menjadi polemik, penggunaan gas elpiji (LPG), penyelesaian berbagai konflik di daerah, masuknya Kawasan Wisata Komodo, NTT yang menjadi bagian dari “7 keajaiban dunia”. Sebuah penghargaan yang tidak dipandang sebelah mata. Kepercayaan yang besar dari rakyat Indonesia membuat Jusuf Kalla digadang-gadang untuk mencalonkan kembali sebagai calon pemimpin negeri dalam Pilpres 2014. Meskipun partai yang dulu pernah dibesarkannya sudah tidak mendukungnya sebagai Calon Presiden 2014, tetapi ternyata ada partai lain yang siap mengusung dirinya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Namun persaingan Calon Presiden 2014 sangatlah ketat sekali. Jusuf Kalla tetap mancung menjadi Calon Presiden dari partai lain. Namun, semuanya tergantung pada suara rakyat di Pilpres 2014 nanti. Waktulah yang akan menjawabnya. Selamat melakukan tugas bangsa, JK …

Referensi:
http://blogspotpemula.blogspot.com/2011/11/terima-kasih-bapak-jusuf-kalla-komodo.html
http://www.itb.ac.id/news/2356.xhtml
Pengamatan pribadi

Post a Comment for "JUSUF KALLA, “DOCTOR HONORIS CAUSA” YANG AKTIF MEMBANGUN BANGSA"